Lentera Inspirasi dari Dewi Ratih Naim, warga Indonesia asal Bandung awalnya bekerja di sektor energi di Australia namun kehilangan pekerjaannya karena harga komoditi dari sektor ini terus melemah. Melesunya industri energi di Australia, termasuk di sektor pertambangan, minyak dan gas, telah menyebabkan ribuan pekerja di sektor ini terpaksa kehilangan pekerjaannya, sejak tahun 2014.
Atje nama panggilan Dewi Ratih Naim yang pertama kali datang ke Brisbane, Australia di tahun 1997 sebagai mahasiswa teringat betapa sulitnya menemukan martabak manis yang autentik, seperti di Indonesia.
Sebagai seorang yang pernah bekerja sebagai cost engineering dan cost controller, Atje sangat jeli melihat pangsa pasar martabak manis di kota Melbourne.
Bisnis Martabak di Australia
Kini Dewi Ratih Naim mencoba membuat bisnis yang sesuai dengan kegemarannya sejak lama yaitu membuat martabak enak di Bandung. Bisnis martabak rumahannya ini ia mulai sekitar delapan bulan lalu.
Atje masih ingat pertama kali berjualan saat dirinya berpartisipasi di acara Satay Festival pada bulan Mei 2015.
Awalnya ia hanya membuat martabak untuk acara-acara bersama teman-teman sesama warga Indonesia, tidak pernah terlintas dalam benaknya jika kini menjadi bisnis yang ia jalani dengan serius.
Bagi Atje modal utama tentu saja keahlian dalam membuat martabak, selain juga beberapa peralatan untuk membuat martabak.
Saat ini, Atje sudah memiliki beberapa pelanggan tetap dan ia pun berbagi inspirasi bagaimana memulai bisnis kuliner rumahan bagi warga Indonesia di luar negeri.
Saya melihat ada potensi market untuk martabak manis yang cukup luas. Martabak itu makanan yang disukai semua umur, dan snack yang digemari orang Indonesia sejak jaman dulu dan sekarang. Tak hanya itu, martabak juga dikenal oleh warga negara Asia Tenggara lainnya
Jadi saya berpikir, mungkin saatnya bagi saya untuk bergerak di bidang lain, mengikuti passion saya
Saya percaya jika ingin memulai sesuatu itu dari yang kecil saja dulu, melihat bagaimana pasar menanggapi produk kita
Modal saya pun juga hanya kompor gas, mixer yang ada di rumah, memang ada loyang khusus martabak manis dari Indonesia
Strategi pemasaran yang saat ini dilakukan utamanya adalah lewat jejaring sosial, aktif promosikan produk di Facebook, Instagram, memberikan informasi ke Whatsapp Group dari berbagai komunitas… dan yang penting, saya harus aktif ikutan pameran atau bazzar
Harus se-friendly mungkin sesuai kebutuhan dan keinginan customer. Misalnya, saya sangat fleksibel soal waktu pengiriman. Kedua harus peka dan kreatif dengan memperkenalkan rasa-rasa baru, riset dan memantau makanan apa yang sedang tren di Indonesia, kemudian coba bawa ke sini untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang kangen makanan Indonesia
Tambahan lainnya, sedapat mungkin menjaga kandungan halal, sebagai kepedulian bagi kebutuhan konsumsi halal pelanggan Muslim dan sekreatif mungkin dalam membuat promosi atau special offer, misalnya buy 5 get 1
Dalam seminggu, Atje bisa menjual sekitar 12 hingga 15 loyang martabak. Sementara kalau ia berjualan di acara-acara pameran bisa laku sekitar 40 loyang. Anda bisa bayangkan berapa omsetnya, jika harga satu loyang berkisar 15 hingga 17 dolar Aus (Rp 144.000 – Rp 163.000), tergantung jenis rasanya.
Atje pun terus gencar melakukan upaya untuk memperkenalkan produknya, tak hanya terbatas bagi komunitas Indonesia di kota Melbourne. Atje juga aktif sebagai bendahara Australia Indonesian Association of Victoria dan memiliki situs raoskulinermelbourne.com untuk jualan martabak manis.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com
Jualan Martabak di Melbourne – Lentera Inspirasi